- Tidak suka bergaul kecuali bergaul dengan orang-orang yang sholeh/sholehah, yang menjaga lisannya. Dengan bergaul dengan orang-orang sholeh, maka akan mendapatkan banyak dakwah, masukan, kritik yang membangun dan ketenangan bila mendapatkannya dari orang-orang yang hanya mengucap kebenaran.
- Jika mendapat musibah duniawi, ia menganggapnya sebagai ujian dari Alloh SWT.
Salah satu yang mengangkat diri kita di mata Alloh adalah lulusnya kita dari ujian yang diberikan-Nya. Bila diberikan musibah orang lebih mudah ingat kepada Alloh namun saat diberi ujian kenikmatan, saat itulah Alloh benar-benar sedang menguji kita.
- Jika mendapat musibah dalam urusan agama ia akan sangat menyesalinya.
Teringat cerita Sayyidina Umar bin Khattab r.a. yang ketinggalan satu rakaat sholat Ashar di Masjid hanya karena beliau sedang asyik berada dalam kebun kurmanya. Mengetahui dirinya telah tertinggal satu rakaat dalam berjamaah, Sayyidina Umar pun begitu menyesali perbuatannya sehingga kebun kurma yang dianggap sebagai penyebab musibah itu akhirnya dijual.
- Tidak suka memenuhi perutnya dengan makanan haram & tidak sampai kenyang.Ini merupakan manifestasi dari sabda Rosululloh saw yang berbunyi
�Makanlah sebelum engkau lapar dan berhentilah makan sebelum kenyang�.
Sungguh suatu perintah yang seakan-akan mudah dilaksanakan namun saat mempraktekannya dalam kehidupan sehari-hari, dari sinilah bentuk ketakwaan seorang mukmin dibentuk.
- Apabila memandang orang lain, orang itu lebih sholeh dari dirinya. Tapi bila memandang diri sendiri, dirinya adalah orang yang penuh dosa.
Nampaknya banyak diantara kita, seperti yang telah diberikan hidayah dari Alloh berupa kenikmatan dalam beribadah, kemudahan dalam bertahajud, keringanan dalam berpuasa sunnah atau keindahan dalam melantunkan ayat-ayat Al-Qur�an, mudah menganggap dirinya lebih sholeh dibanding lainnya. Padahal sikap merendah adalah salah satu yang dianjurkan oleh Rasul. Belajar tawadhu� dan senantiasa melakukan amal ibadah tanpa membandingkan dengan orang lain adalah start yang baik untuk meningkatkan kualitas ketakwaan diri.
Ada 4 waktu yang tidak boleh disia-siakan, yaitu:
- Waktu untuk bermunajat
Setiap saat, bahkan saat mau tidur pun disunnahkan bertasbih, berzikir atau membaca Kalamullah. Bila kita tertidur saat kita sedang bermunajat, insya Alloh kita dianggap sedang berdoa selama kita tidur, subhanalloh.
- Waktu untuk meminta maaf dan berterima kasih
Tanpa pernah tahu kapan kepulangan kita ke Illahi Robbi, manfaatkan waktu yang ada untuk meminta maaf atas segala kesalahan kita dan berterima kasih kepada siapa-siapa yang telah membantu kita dalam hal apapun. kirimkanlah do�a, ucapkanlah ma�af dan terima kasih atas segala kebaikan yang telah mereka lakukan kepada kita.
- Waktu untuk mengevaluasi diri
Bertafakur, mengingat-ingat kembali dosa yang pernah dilakukan dan berjanji untuk tidak melakukannya kembali adalah perbuatan terpuji. Kadang dengan seringnya mengevaluasi diri, apa-apa yang menjadi kekurangan maupun kelebihan dalam hidup ini, dapat menjadikan modal yang berharga untuk masa depan.
- Waktu untuk beramal sholeh
Alloh akan melihat sekecil apapun amal ibadah kita dan akan menggantinya berlipat ganda apabila keikhlasan ada dibalik perbuatan kita membantu .