Tiada kemuliaan seperti ilmu. Ilmu adalah pusaka yang mulia. Serendah-rendah ilmu adalah yang berhenti di lidah, dan yang paling tinggi adalah yang tampak di anggota-anggota badan.
Jika Alloh SWT hendak merendahkan seorang hamba, maka Dia mengharamkan terhadapnya ilmu.
Jika mayat seseorang telah diletakkan di dalam kuburnya, maka munculah empat api. Lalu datanglah amal pertama (yang biasa dikerjakannya), maka ia memadamkan satu api. Lalu datanglah amal kedua, maka ia memadamkan api yang satunya lagi (api kedua). Lalu datanglah sedekah, maka ia memadamkan api yang satunya lagi. Lalu datanglah ilmu, maka ia memadamkan api yang keempat seraya berkata, �Seandainya aku menjumpai api-api itu, niscaya akan aku pdamkan semuanya. Oleh karena itu, bergembiralah kamu. Aku senantiasa bersamamu, dan engkau tidak akan pernah melihat kesengsaraan�.
Janganlah engkau membicarakan ilmu dengan orang-orang yang kurang akal karena hanya akan mendustakanmu, dan tidak pula kepada orang-orang bodoh karena mereka hanya akan menyusahkanmu. Akan tetapi, bicarakanlah ilmu dengan orang yang menerimanya dengan penerimaan yang baik dan yang memahaminya.
Cukuplah ilmu itu sebagai kemuliaan bahwasannya ia diaku-aku oleh orang yang bukan ahlinya dan senang jika dia dinisbatkan kepadanya.
Ilmu dan Pengamalannya
Ilmu berhubungan dengan amal. Barangsiapa yang berilmu, niscaya mengamalkan ilmunya. Ilmu memanggil amal, maka jika ia menyambut panggilannya� bila tidak menyambutnya, ia akan berpindah darinya.Ilmu dan Pengamalannya
Pelajarilah ilmu, niscaya kalian akan dikenal dengannya, dan amalkanlah ilmu (yang kalian pelajari) itu, niscaya kalian akan termasuk ahlinya.
Wahai para pembawa ilmu, apakah kalian mengetahuinya, kemudian dia mengamalkannya, dan perbuatannya sesuai dengan ilmunya. Akan datang suatu masa, dimana sekelompok orang membawa ilmu, namun ilmunya tidak melampaui tulang selangkanya. Batiniah mereka berlawanan dengan lahiriah mereka. Dan perbuatan mereka berlawanan dengan ilmu mereka.
Orang yang beramal tanpa ilmu, seperti orang yang berjalan bukan dijalan. Maka, hal itu tidak menambah jaraknya dari jalan yang terang kecuali semakin jauh dari kebutuhannya. Dan orang yang beramal dengan ilmu, seperti orang yang berjalan di atas jalan yang terang. Maka, hendaklah seseorang memperhatikan, apakah dia berjalan, ataukah dia kembali?
Janganlah sekali-kali engkau tidak mengamalkan apa yang telah engkau ketahui. Sebab, setiap orang yang melihat akan ditanya tentang perbuatannya, ucapannya dan kehendaknya.
Orang yang berilmu tanpa amal, seperti pemanah tanpa tali busur.
Wassalaam. Semoga Bermanfaat.